PotensiBadung.com - Hukum menggabungkan niat puasa qadha' ramadhan dengan puasa sunnah di bulan dzulhijjah menurut Buya Yahya.
Sebagian umat muslim mungkin tidak bisa berpuasa penuh di bulan ramadhan karena beberapa keadaan yang tidak memungkinkan untuk berpuasa.
Utamanya bagi mereka kaum hawa yang mengalami siklus bulan atau menstruasi diharamkan untuk melakukan puasa.
Serta juga ada beberapa penyebab lain yang menggugurkan kewajiban untuk melakukan puasa di bulan ramadhan.
Seperti misalnya orang yang sedang sakit, melahirkan dan orang yang menempuh perjalanan dengan sangat jauh.
Maka kategori orang-orang tersebut gugur kewajiban puasa ramadhannya namun wajib mengganti atau megqadha'nya di luar bulan ramadhan.
Kini memasuki bulan dzulhijjah ada keutamaan dua hari puasa sunnah yakni tarwiyah dan arafah, jika melakukan dua puasa tersebut maka akan mendapatkan fadhilah yang luar biasa.
Lantas bagaimana jika menggabungkan antara niat puasa qadha dan puasa sunnah di bulan dzulhijjah?
Berikut adalah penjelasan Buya Yahya yang dikutip PotensiBadung.com dari kanal Youtube Al Bahjah TV pada Senin 4 Juli 2022.
Buya Yahya menjelaskan menurutnya seseorang tersebut harus melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu.
Yakni membayar hutang puasa, lalu kemudian baru melaksanakan ibadah puasa sunnah.
Sebab pahala puasa wajib bulan ramadhan itu lebih besar dari ibadah puasa sunnah di bulan dzulhijjah.
Sehingga apabila digabungkan dua niat tersebut maka hukumnya tidak sah. Meskipun terdapat pendapat mazhab Abu Hanifah, mengatakan bayarlah hutang puasa di bulan dzulhijjah disertai dengan niat sunnah maka akan mendapatkan pahala keduanya.
Meski begitu Buya Yahya menyebut penggabungan niat dua puasa itu tidak boleh dicampur karena hukumnya tidak sah.
Jika memang hendak melakukan qadha puas ramadhan di bulan dzulhijjah berikut adalah niatnya:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ لِلهِ تَعَالَى
Artinya: Saya berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.***