“Bila sudah bisa diatasi Liga 1 bisa dilanjutkan kembali,” tegasnya.
Dalam instagram pribadinya, Akmal Marhali juga menyoroti sistem bubble to bubble yang diterapkan tidak seketat pada Seri 1 dan Seri 2.
Para pemain bebas berwisata, bertemu banyak orang dari cafe ke cafe, dari restoran ke restaurant dari pantai ke pantai.
Padahal, sejatinya sistem bubble atau gelembung hanya membolehkan para pemain berinteraksi dengan ekosistemnya di hotel, tempat latihan, dan tempat pertandingan.
Baca Juga: Idola Baru, Anak-anak Korea Antri Minta Tanda Tangan Asnawi Mangkualam Ansan Greeners di Ansan WA Stadium
Ketiga lanjut dia, jadwal pertandingan yang sangat padat dan jam tayang yang larut malam juga ikut mempengaruhi penurunan imunitas pemain yang pada akhirnya mudah terpapar.
“Ingat, saat gelombang pertama Covid terjadi adalah satu saran yang diberikan para tenaga kesehatan (nakes) adalah jam tidur yang tidak boleh lewat dari jam 22.00 WIB,” katanya.
“Nah, bagaimana mau beristirahat bila jam 00.00 WITA para pemain masih di lapangan. Ini harus dikoreksi @pssi dan LIB untuk disesuaikan,” ujarnya.
Untuk itu, tambah dia, langkah apa yang harus dilakukan untuk memutus mata rantai penularan dengan menegakan kembali regulasi sistem bubble.
“Yang melanggar harus diberikan sanksi. Bila sistem bubble dan prokes ketat tidak mampu meredakan penyebaran Covid-19 pilihan terburuk adalah stop kompetisi sementara waktu,” katanya.