dr. Aisyah Dahlan Sarankan Orang Tua Minta Maaf Jika Terjadi Toxic Parenting, Gunakan Diksi yang Tepat

- 11 September 2021, 16:14 WIB
Ilustrasi gambar seorang anak dengan wajah mudah memaafkan.
Ilustrasi gambar seorang anak dengan wajah mudah memaafkan. /Gambar Gokil

PotensiBadung.com – Mengasuh merupakan perjalanan panjang, dikatakan di dalam Al-Qur’an bahwa pengasuhan, boleh jadi seumur hidup.

Selama perjalanannya, manusia mungkin tak sempurna mengaplikasikan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dalam pengasuhan.

Tapi, selalu ada jalan, agar toxic parenting tak lantas menjadi Boomerang, untuk kebaikan masa depan kehidupan manusia dan keturunannya.

Dikutip Potensi Badung dari kanal You Tube ALID TV, dr. Aisyah Dahlan paparkan caranya agar hasil dari toxic parenting yang mungkin terjadi, dapat diminimalisir.

Baca Juga: Ustadz Budi Ashari Ajak Orangtua Ajarkan Anak Al-Fatihah, Berikut Ini Artinya

Baca Juga: Anak-anak adalah Aset Abadi Dunia Akhirat, Inilah Penjelasan Ustadz Budi Ashari

“Jujur otak anak yang sudah rusak karena toxic parenting, tidak bisa kembali, tapi bisa diminimalisir,” kata dr. Aisyah Dahlan dengan serius.

Jika kita telah menyadari bahwa, satu waktu orang tua mungkin pernah melakukan toxic parenting kepada anak-anaknya, baik ayat ataupun ibu, maka segeralah minta maaf.

Toxic parenting bisa saja terjadi karena kesengajaan atau ketidaksengajaan, apapun kondisinya, kita tetap harus waspada dan bersegeralah untuk menyelesaikannya.

Hal ini dilakukan, agar tidak menimbulkan hal yang lebih buruk lagi bagi tumbuh kembang si anak, yang dapat mengarah pada trauma.

Baca Juga: Ustadz Budi Ashari Ajak Orangtua Ajarkan Anak Al-Fatihah, Berikut Ini Artinya

Baca Juga: Sifat Wanita Sesuai dengan Asal Katanya dalam Al-Qur’an, Ustadz Adi Hidayat: Mereka Berbeda

Jika sudah jatuh pada kata trauma, akan lebih sulit lagi untuk mengatasinya, walaupun kita tidak boleh menyerah untuk tetap berjuang demi masa depan sang anak.

Sambungan neurotransmitter yang ada pada otak anak, terutama pada masa golden ages, antara 1-5 tahun, sedang berkembang sangat baik.

Jika rusak, maka sambungannya tidak akan terjalin dengan baik. Kenapa demikian? Karena saat itu, saraf anak masih muda dan berkembang.

Pada usia kurang dari 3 tahun, perkembangan otak anak terjadi hingga 90% dan usia diatas tiga tahun perkembangan terjadi sebanyak 75%.

Digambarkan dr. Aisyah Dahlan bahwa seorang ibu yang sekaligus scientist, melakukan penelitian terhadap anaknya sendiri yang masih bayi.

Baca Juga: Ustadz Budi Ashari Bongkar Tiga Kehamilan Tak Wajar yang Dicatat dalam Al-Qur'an Serta Penjelasannya

Baca Juga: Anak-anak adalah Aset Abadi Dunia Akhirat, Inilah Penjelasan Ustadz Budi Ashari

Ketika si anak bangun tidur dan menyusu, ia melihat di dalam komputernya bahwa jalinan otak pada anaknya berkembang sangat indah.

Tapi tanpa sengaja, si anak menendang sesuatu dan jatuh, si ibupun spontan bereaksi. Ketika si anak kaget karena ibunya berteriak, gambaran otak yang tersambung pada komputer tadi, menggelembung kemudian pecah.

Nah, apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir semuanya? Yaitu dengan meminta maaf kepada anak sesegera mungkin atas toxic parenting yang mungkin kita lakukan.

Hal ini dilakukan agar neurotransmitter yang sudah tersambung dalam keadaan buruk, tidak terikat kuat, sehingga anak dapat berdamai dengan dirinya dan melanjutkan hidup dengan semestinya.

“Tapi nanti, jangan salah dalam melakukannya, ya, bu,” kata dr. Aisyah Dahlan berseloroh. “Alih-alih kita meminta maaf, malah minta anak yang diminta memaafkan kita, gunakan diksi yang tepat.”

Baca Juga: Mengetahui Cara Tidur Rasulullah, Ustadz Budi Ashari: Tidur Tiga Kali Sehari dan Tidak Pernah Begadang

Baca Juga: Keluarga Imran Abadi di Dalam Al-Qur’an, Ustadz Budi Ashari: Imran Mendidik Istrinya Menjadi Shalihah

“Bunda, mama, ibu, umi, mommy ‘minta maaf’ ya, nak,” kata dr. Aisyah Dahlan mencontohkan.

”Bukan begini, ‘maafkan’ bunda, mama, ibu, umi, mommy, ya, nak. Itu salah,” kata dr. Aisyah Dahlan sambil tertawa.

Karena ada makna yang jauh berbeda antara kata ‘minta maaf’ dengan ‘maafkan’, jika kata ‘minta maaf’, kata itu datang dari sang ibu dengan tulus mengakui kesalahannya.

Sebaliknya, kata ‘maafkan’ artinya si ibu mau si anak untuk memaafkan, dan ini bukan yang dimaksudkan dr. Aisyah Dahlan dalam paparan panjangnya di atas. ***

 

Editor: Hari Santoso

Sumber: YouTube Alid TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah