PSSI Bandingkan Tragedi Kanjuruhan dengan Peristiwa Sepakbola Dunia: Kompetisi Jalan Terus!

- 2 November 2022, 17:00 WIB
Tragedi Kanjuruhan saat laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di BRI Liga 1 2022-2023 yang menelan  132 korban jiwa.
Tragedi Kanjuruhan saat laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di BRI Liga 1 2022-2023 yang menelan 132 korban jiwa. /

PotensiBadung.com – Kompetisi BRI Liga 1 telah sebulan terhenti pasca Tragedi Kanjuruhan Malang 1 Oktober 2022 lalu.

Banyak pihak yang berharap Kompetisi Sepakbola Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 bisa kembali bergulir. Pun demikian dengan harapan PSSI.

Terhentinya Kompetisi BRI Liga 1 disebutkan menimbulkan banyak mata pencaharian masyarakat Indonesia hilang.

Baca Juga: WOW! Ketum PSSI Beberkan Alasan Tidak Mau Mundur dari Jabatannya, Iwan Bule: Itu Pengecut

Baca Juga: BOBOTOH WAJIB TAHU! Persib Bandung Akan Tanding di Akhir Pekan Ini, Siapa Lawannya? Ini Kata Yaya Sunarya

Tidak hanya pemain bola dan official klub, tapi juga pelaku UMKM yang bergantung pada gelaran di lapangan hijau itu.

Dalam Laman resminya, PSSI menguraikan beberapa peristiwa kelam yang menimpa sepakbola dunia.

Namun peristiwa yang juga menanggung korban jiwa itu tidak sampai membekukan sepakbola, alias tetap berjalan.

Seperti disebutkan Sabtu kelabu di Stadion Hillsborough, Sheffield, 15 April 1989. Sejumlah 97 –awalnya 94-- nyawa melayang pada laga antara Liverpool dan Nottingham Forest.

Baca Juga: MIRIS! Nasib Pak Toyo Pedagang Gorengan Hilang Mata Pencaharian Akibat BRI Liga 1 Terhenti

Baca Juga: PSSI Paparkan Potensi Kerugian Akibat BRI Liga 1 Mandeg, Sebut PSIS Semarang Sudah Kena Imbas

Keduanya memperebutkan tiket ke final Piala FA. Di Inggris, itulah tragedi domestik sepakbola terburuk sepanjang sejarah. Kerusuhan terjadi sebelum pertandingan dimulai.

Kerusuhan membuat pertandingan antara Liverpool dan Nottingham Forest urung dilangsungkan.

Penyidik dan otoritas Inggris bergerak cepat. Beragam konklusi didapat.

Tak satupun yang 100% memuaskan publik soal penyebab melayangnya 97 nyawa penonton itu, sampai saat ini.

Baca Juga: LIGA 1 Segera Bergulir, Borneo FC Gelar Pemusatan Latihan di Yogyakarta

Baca Juga: LIGA 1 Segera Bergulir, Borneo FC Gelar Pemusatan Latihan di Yogyakarta

Tapi, malapetaka itu tak menghentikan sepakbola. Laga semifinal itu dipindahkan ke Stadion Old Trafford, Manchester, tiga minggu kemudian.

“Pertandingan aman, Liverpool menang dan maju ke final,” tulisnya.

Disebutkan, hanya tiga minggu Inggris menghentikan sepakbola karena duka Hillsborough? Tidak juga.

Seminggu setelah Tragedi Hillsborough, Kompetisi Divisi I (kini namanya Premier League), tetap bergulir.

Baca Juga: Canda Teddy Tjahjono Ke Perwakilan Dortmund: Persib Bandung Punya Calon Erling Haaland

Baca Juga: Jelang Liga 1 Kembali Bergulir, Persib Bandung Gelar Latihan Perdana, Meski Sang Pelatih Belum Bergabung

Dengan tanda-tanda duka yang disematkan para pemain di lapangan. Begitulah Inggris.

Tragedi Hillsborough adalah duka. Tapi, dia ditempatkan pada posisi yang tepat. Persoalan pelanggaran hukum ditangani penyidik dan tim investigasi. Sepakbola jalan terus.

Pun ketika Tragedi Heysel terjadi di Brussels, Belgia. Duel final Piala Champions 1985 (kini Liga Champions) mempertemukan antara Juventus dan Liverpool, juga rusuh.

Sejumlah 39 orang, kebanyakan pendukung Liverpool, tewas. Peristiwa itu tak menghentikan sepak bola.

Baca Juga: Komnas HAM Hari Ini Umumkan Hasil PenyeliBaca Juga: Komnas HAM Hari Ini Umumkan Hasil Penyelidikan Tragedi Kanjuruhandikan Tragedi Kanjuruhan

Baca Juga: UNGGUL 3-1, Ini Jadwal Uji Coba Berikutnya Timnas Indonesia U-20 vs Maldova di Turki

Musim berikutnya, Piala Champions bergulir sesuai jadwal yang ditetapkan.

Persoalan Kanjuruhan, faktanya, telah menghentikan Kompetisi Liga 1 lebih dari sebulan.

Tak ada tanda-tanda pasti, kapan kompetisi akan bergulir kembali. Tentu saja, apa yang terjadi di Kanjuruhan, adalah sebuah tragedi.

Peristiwa itu menyulut duka yang amat dalam. Sejumlah 135 nyawa melayang dalam pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.

Baca Juga: BIKIN HARU! Begini Pesan Ketum PSSI Mochamad Iriawan untuk Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong: Jangan

Baca Juga: LIGA 1 Segera Bergulir, Borneo FC Gelar Pemusatan Latihan di Yogyakarta

Segala macam hal sudah keluar. Air mata sudah tercurah dan nyaris habis.

Sumpah serapah terhadap pihak-pihak yang dituding menyebabkan tragedi itu bertebaran, di tempat umum hingga media sosial.

Penanganan persoalan hukum sedang berjalan, investigasi tim pencari fakta pun sudah menghasilkan rekomendasi-rekomendasi.

Baca Juga: Sempat Tertinggal, Antonio Conte Akhirnya Berhasil Bawa Tottenham Lolos ke 16 Besar Liga Champions

Baca Juga: MIRIS! Nasib Pak Toyo Pedagang Gorengan Hilang Mata Pencaharian Akibat BRI Liga 1 Terhenti

Tapi, belum ada tanda-tanda pasti, kapan kompetisi bergulir.

Pemerintah, yang memiliki otoritas terhadap izin pertandingan dan keramaian, belum memberikan sinyal terang.

Lalu kalau kompetisi tidak segera bergulir siapa korbannya? Tak sedikit. Ada sekitar 112 ribu orang.

Mereka adalah pihak-pihak yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan kompetisi. Itu di luar pecinta bola.

Baca Juga: Sempat Tertinggal, Antonio Conte Akhirnya Berhasil Bawa Tottenham Lolos ke 16 Besar Liga Champions

Baca Juga: Jadwal MPLI 2022, Rabu dan Channel Live Streamingnya, Empat Wakil Indonesia Siap Buktikan Diri di Hari Pertama

Hasil kajian Universitas Indonesia, selama satu musim Kompetisi Liga 1, agenda tersebut menggerakkan tenaga kerja sekitar 112 ribu orang itu.

Mereka mulai dari pemain, pelatih, pekerja klub, pedagang merchandise, jersey, jasa transportasi, perhotelan, catering, hingga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Karena tak adanya kejelasan soal kompetisi, pihak-pihak yang terkait langsung mulai kelimpungan. ***

Editor: Dinda Fitria Sabila

Sumber: PSSI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x