Kisah Lubdaka di Hari Raya Siwaratri dan bagaimana Umat Hindu Harus Memaknainya

1 Januari 2022, 12:30 WIB
Kisah Lubdaka di Hari Raya Siwaratri dan bagaimana Umat Hindu Harus Memaknainya /Instagram @infobadung/

PotensiBadung.com – Hari Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa.

Siwarartri dalam agama Hindu erat dikaitkan dengan kisah Lubdaka yang dijadikan acuan untuk melakukan Pejagran.

Hari Siwararti kadang kala juga disebut hari Pejagran karena Sang Hyang Siwa pada fungsinya sebagai pelebur melakukan yoga semalam suntuk.

Berikut cerita mitologi Lubdaka yang dikaitkan dengan malam Siwarartri dikutip dari mantrabali.com.

Baca Juga: Doa Terbebas dari Permasalahan Rumah Tangga dalam Agama Hindu

Baca Juga: Doa Ketika Sakit dan Menjenguk Orang Sakit dalam Agama Hindu berserta Artinya

Lubdaka adalah seorang pemburu binatang di hhutan, pekerjaannya adalah memburu dan membunuh binatang yang dagingnya dimakan atau dijual.

Dikisahkan suatu hari, nashi Lubdaka sangat apes, ia memburu tapi sama sekali tak menemukan buruan, hingga ia tak sadar hari sudah mulai malam.

Karena sudah larut malam Lubdaka dengan terpaksa harus bermalam di hutan dan tidak terasa langkah kakinya tertuju pada pohon ‘Bila’.

Agar aman dari serangan binatang hutan, maka Lubdaka berdiam diri di atas pohon dan agar tidak tidur dan terjatuh.

Baca Juga: Doa Belajar dalam Agama Hindu beserta Artinya

Baca Juga: Doa Pembuka dan Penutup Rapat dalam Agama Hindu beserta Artinya

Daun ‘Bila’ dipetik setangkai demi setangkai dan dijatuhkan ke bawah, tidak disadarinya bahwa malam tersebut adalah hari Siwaratri dan daun bila tersebut tepat mengenai lingga Siwa yang berada di bawahnya.

Lubdaka terus memetik daun bila agar tetap terjaga, pada malam itu dia juga menyadari dan menyesali perbuatan dosanya dan berjanji dalam hati akan menghentikan pekerjaannya sebagai seorang pemburu.

Mulai saat itulah Lubdaka berhenti menjadi seorang pemburu dan beralih menjadi petani dan berseru kepada keluarganya untuk berhenti melakukan dosa dan mulai bertobat.

Diceritakan setelah meninggal arwah Lubdaka disambut oleh para Cikrabala, disiksa dan untuk dimasukkan ke neraka atas dosa-dosanya.

Pada saat itulah Dewa Siwa datang untuk membebaskan Lubdaka, terjadi dialog yang sengit antara pasukan Cikrabala dengan Dewa Siwa.

Pasukan Cikrabala berkewajiban membawa Lubdaka ke neraka karena harus bertanggung jawab akan perbuatan dosanya.

Dewa Siwa menjelaskan bahwa Lubdaka sudah membuat penebusan dosa dengan begadang semalam suntuk seraya menyesali dosa-dosanya dan bertobat tidak melakukan perbuatan dosa lagi.

Karena hal tersebut Lubdaka berhak mendapatkan pengampunan, sehingga Lubdaka dibawa ke Siwa Loka dan tidak jadi masuk neraka.

Kisah singkat Lubdaka tersebut di atas, memberikan gambaran pada kita bahwa pada hari Siwaratri yang juga dikenal dengan malam Siwa dimaknai sebagai hari peleburan dosa.

Sehingga setiap orang pada setiap tahunnya pada saat perayaan Hari Siwaratri memiliki kesempatan melakukan peleburan disa dengan melakukan brata Siwaratri dan tentunya juga bertobat tidak melakukan dosa lagi.

Sekilas apa yang dimaknai dalam perayaan hari Siwaratri menurut lontar atau kitab Lubdaka tersebut tentunya akan berlawanan dengan hukum kharma phala bagi umat Hindu di Bali.

Karena apapaun perbuatan kita baik atau buruk maka hasil atau akibatnya akan sama, karena hukum kharma phala tersebut akan terus berlaku tidak hanya berlaku pada kehidupan ini tetapi juga di akhirat dan juga kehidupan kita mendatang.

Tetapi dalam lontar Lubdaka ciptaan Mpu Tanakung, siksaan yang sempat dialami oleh Lubdaka ketika di hukum oleh pasukan cikrabala yaitu abdi Dewa Yama yang sebagai dewa keadilan, berakhir dengan segera karena telah melakukan peleburan dosa dan menyadari segala dosa-dosanya dan tidak melakukannya lagi.

Maka untuk itu hari Siwaratri ini dianggap penting sekali bagi umat untuk mendapatkan pencerahan diberikan jalan yang benar untuk bisa mengaksiri perbuatan dosa dan bertobat serta dengan harapan dapat peleburan dosa dengan memuja Dewa Siwa.***

Editor: Imam Rosidin

Sumber: mantrahindu.com

Tags

Terkini

Terpopuler