Unik, Ngaben Masal di Munduk Andong Gunakan Kayu Cendana

22 Oktober 2023, 10:11 WIB
Ngaben massal di Desa Adat Munduk Andong Diikuti 25 Sawa /PotensiBadung

PotensiBadung.com - Ngaben atau prosesi pembakaran jenazah di Bali memang dikenal unik. Bukan hanya itu, ada ciri khas di setiap daerah. Seperti halnya yang dilakukan warga Desa Adat Munduk Andong, Desa Bangli, Kecamatan, Baturiti, Tabanan, Kamis (19/10/2023).

Dalam prosesi ini 25 sawa (jenazah) diikutkan dalam prosesi ngaben ini. Berbeda dengan ngaben di beberapa tempat yang jenazahnya diambil langsung dengan menggali serta, pada ngaben ngirit di Munduk Andong ini sawa atau jasadnya disimbolkan dengan kayu cendana yang berisi sesuratan aksara Bali.

Menurut Ida Pedanda dari Griya Kemenuh Kalibalang, sombolisasi dengan menggunakan kayu cendana atau majegahu dilakukan ketika proses ngaben yang tidak ada jasadnya.

Baca Juga: Ponglik: Ganjar-Mahfud MD Sinyal Kemenangan bagi NKRI

Baca Juga: Catatan Persebaya di Bawah Josep Gombau: Cuma 4 Poin dari 5 Laga, Bonek Malah Salahkan Aji Santoso

"Itu karena kedua kayu ini diyakini sebagai pohon suci yang tumbuhnya di surga," kata Ida Pedanda usai muput karya. Hal ini merujuk kitab suci Yama Tatwa, Yama Purwa Tatwa, dan Yama Purana Tatwa. "Sesuai tata cara atau pidabdab upacara pengabenan yg ada di Bali," tukasnya.

Meski menggunakan simbol dari kayu, namun prosesinya tetap dilakukan secara lengkap layaknya ada jenazah. Simbol ini diupacarai dengan sarana sama saat mengupapira sawa.
Ngaben massal ini dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Selain untuk kebersamaan memperat hubungan antar krama, ngaben masal ini juga bertujuan untuk meringankan biaya.

Setiap keluarga peserta ngaben masal ini dikenakan biaya sebesar Rp. 7.000.000. Secara nilai, nominal ini terbilang relatif murah jika dibandingkan ngaben yang dilaksanakan sendiri.

Baca Juga: Jahatnya Pejabat Unud Bali Palaki Mahasiswa, Prodi Bebas Sumbangan Tetap Dipunguti-Terkumpul Miliar Rupiah

Baca Juga: Bali United Naik Peringkat di Klasemen Liga 1 usai Tumbangkan Persebaya, Coach Teco Ungkap Rahasianya

"Selain 25 sawa ada 8 ngelungah (bayi atau anak yang belum tanggal gigi) yang ikut dalam ngaben masal ini. Astungkara acara berjalan lancar," terang Ketua Panitia Ngaben Masal I Nyoman Sumawan.

Sementara itu Bendesa Adat Munduk Andong I Putu Suartika menyebut ngaben ngerit atau ngaben masal ini telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Bahkan dari cerita para pelingsir ngaben masal ini sudah dilakukan di masa penjajahan.

"Menurut orang tua kami pada tahun 40-an, 50-an itu sudah ada ngaben masal. Artinya kebersamaan dan kekeluargaan di desa sudah terbentuk sejak lama," terangnya.

Ini dibuktikan, lanjutnya, dengan dukungan dari krama adat lain yang turut membayar patus (iuran wajib) untuk meringankan beban masyarakat yg melaksanakan ngaben masal. ***

Editor: Hari Santoso

Tags

Terkini

Terpopuler