PotensiBadung.com- Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 tak hanya menggerus perekonomian Provinsi Bali.
Ketahanan mental masyarakat Bali pun ikut diobrak-abrik virus yang kasus pertamanya diumumkan Presiden Jokowi pada 2 Maret 2022.
Salah satu hal yang menyita perhatian adalah lonjakan kasus bunuh diri sepanjang tahun 2021.
Baca Juga: KLB Cacar Monyet atau Monkeypox Pernah Terjadi, Berikut Catatan dari Kemenkes RI
Berkaca pada data, diketahui kasus bunuh diri di Bali naik dari 47 orang laki-laki dan 21 wanita di tahun 2020 menjadi 92 laki-laki dan 33 perempuan di tahun 2021.
Melambung nyaris 100 persen. Dari 68 kasus di tahun 2020 menjadi 125 kasus di tahun 2021.
Tercatat Kabupaten Karangasem dan Kota Denpasar menjadi penyumbang kasus terbanyak dengan masing-masing 27 dan 22 angka kematian bunuh diri.
Baca Juga: Nonton My Nerd Girl Episode 7 di Vidio, Ini Link Download Gratis: Terkuak Penyebab Fara Bunuh Diri
Lonjakan kasus bunuh diri ini menurut dokter spesialis kejiwaan, dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ menunjukkan ada masalah yang harus dituntaskan hingga ke akar-akarnya.
“Boleh dikatakan masyarakat Bali sudah dalam keadaan sakit. Perlu langkah cepat untuk menyelamatkan calon-calon korban baru. Masalah bunuh diri adalah masalah kompleks," jelasnya.
"Semua komponen terkait perlu dilibatkan. Pemerintah harus menaruh perhatian khusus dengan memprogramkan hal ini di dalam kinerjanya. Bukan hanya menekankan pada masalah ekonomi, tetapi ketahanan kesehatan mental perlu menjadi perhatian untuk menguatkan masyarakat agar tidak mengambil tindakan mengakhiri hidup,” ucap dokter yang praktik di RSU Manuaba, Denpasar, Bali itu.
Baca Juga: Berbahaya! Krim Pemutih Wajah Ini Picu Kanker
dr. Cokorda Bagus menilai perlu ada layanan gawat darurat berupa hotline service untuk mereka yang mencoba bunuh diri.
Termasuk tanggungan BPJS atau asuransi lain bagi mereka yang selamat atau gagal bunuh diri agar mendapatkan bantuan layanan kesehatan mental secara cuma-cuma.
Lebih lanjut, semua jajaran pemerintah terkait, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemuka masyarakat, dan masyarakatnya sendiri harus dilibatkan dan diajak bekerja sama.
Sebab penanganan dan penyelesaian kasus bunuh diri memerlukan pendekatan holistik lewat pendekatan biopsikospirit sosiobudaya.
“Pendekatan yang memandang manusia tidak hanya terdiri dari fisik dan mental saja, tetapi juga terdiri atas spirit dan dipengaruhi oleh sosio budaya yang membesarkannya serta kebesaran Tuhan,” terang dr. Cokorda Bagus.***