ANTRABEZ Angkat Martabat Napi Lapas Kerobokan

- 22 Mei 2022, 10:13 WIB
Sutradara film dokumenter ANTRABEZ 2016-2021: Memanusiakan Manusia, Erick EST (rambut panjang) saat penggarapan karya di dalam Lapas Kerobokan, Bali
Sutradara film dokumenter ANTRABEZ 2016-2021: Memanusiakan Manusia, Erick EST (rambut panjang) saat penggarapan karya di dalam Lapas Kerobokan, Bali /PotensiBadung/Kadek KS

PotensiBadung.com - Penjara bukanlah akhir dari kehidupan. Lepas dari terali besi, kehidupan masih bisa berjalan normal bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Pesan moral inilah yang berusaha disampaikan oleh Film Dokumenter ANTRABEZ 2016-2021: Memanusiakan Manusia.

Film Dokumenter yang sempat diputar gratis bagi publik di Dharma Negara Alaya (DNA) Art & Creative Hub Denpasar itu disisipi pameran karya para narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kerobokan (Lapas Kerobokan). Antara lain lukisan, sablon, alat perkakas rumah tangga, gantungan kunci, dan lain-lain.

Baca Juga: Eks Bupati Tabanan Ditangkap KPK Tapi WTP Lancar Jaya, Pengamat: Ini Menggelikan, Pegawai BPK Harus Mundur

Baca Juga: Ahli Jiwa Ingatkan Ancaman Tsunami Bunuh Diri Pasca Pandemi, Ingatkan Tragedi Ini

Erick EST, sutradara film dokumenter ANTRABEZ 2016-2021: Memanusiakan Manusia berharap karya seni garapannya mampu mengubah citra lapas yang selalu negatif di mata masyarakat awam.

Ungkapnya ANTRABEZ menjadi bukti nyata bahwa para napi tetap bisa beraktivitas meskipun terkungkung dalam jeruji besi.

“Kebebasan berpikir itu ya sebebas-bebasnya walaupun tubuh mereka masih di dalam penjara,” ucap sutradara film dokumenter Long Sa’an dan Janggan yang kini ditayangkan di Australia film Museum.

Baca Juga: Berbahaya! Krim Pemutih Wajah Ini Picu Kanker

Baca Juga: Komentar Marko Simic Pasca Rohit Chand Tinggalkan Persija Jakarta, Macan Kemayoran Beri Pujian

Menyikapi seabrek masalah dan ungkapan bahwa tak semua orang yang di penjara bersalah sebagaimana diakui oleh oknum petinggi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Erick mengaku jiwa senimannya terpanggil untuk ngayah alias menggarap film dokumenter tanpa bayaran sepeserpun.

 “Ya seperti ada nenek-nenek yang gara-gara sandal jepit dipenjara. Ini kan karena masalah perut. Mereka sebenarnya salah secara hukum, tapi secara logika menurut saya tidak harus dipenjara. Cukup menerima hukuman sosial saja. Saya harap hukuman sosial diterapkan di negara ini dan penjara khusus untuk mereka yang melakukan tindak kriminal yang tidak bisa ditoleransi. Kalau masih bisa ditoleransi ya kenapa tidak hukuman sosial saja? Akhirnya penuh kan penjara? Over kapasitas sampai 500 persen seperti di Lapas Kerobokan?” tandasnya.

Baca Juga: Bobotoh Soroti Kepiawaian Ryohei Miyazaki di Gim Internal Persib, Tim Biru vs Tim Putih, Langsung Dicoret?

Baca Juga: Pemain Asing PSIS Melimpah, Seluruhnya Absen Lawan Arema FC di Friendly Match, Skuad Singo Edan Siap Tempur

Bagaimana jika seorang tertarik gabung ANTRABEZ kemudian sengaja melakukan tindakan kriminal agar masuk ke Lapas Kerobokan? Erick menjawab serius.

“Janganlah-jangan. Jika ada yang memiliki pikiran demikian lebih baik urungkan. Janganlah, jangan. Kalau JRX SID kan memang sudah terkenal duluan. Tapi karena memang JRX tersandung kasus hukum yang kita tidak duga-duga sebelumnya ya akhirnya dia dipenjara. Tapi kalau ada musisi yang berpikir susah terkenal lalu sengaja masuk penjara biar bisa gabung dengan ANTRABEZ, itu jangan sampai terjadi. Film dokumenter ini tidak ditujukan agar orang-orang semangat masuk penjara,” pesannya. (***)

Editor: Hari Santoso


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x