Organisasi Meteorologi Dunia Menyebut 2023 sebagai Tahun Terpanas

- 20 Maret 2024, 12:21 WIB
Ilustrasi sinar matahari menyinari seseorang.
Ilustrasi sinar matahari menyinari seseorang. /pixabay

PotensiBadung.com - World Meteorological Organization atau WMO menyatakan, bahwa 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dengan tingkat panas lautan juga mencapai tingkat tertinggi.

Dalam laporan Organisasi Meteorologi Dunia itu, State of the Global Climate 2023 mengonfirmasi, bahwa 2023 merupakan tahun terpanas dengan rata-rata temperatur global 1,45 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri.

Tahun 2023 menjadi yang terpanas dalam catatan yang sudah dilakukan 174 tahun, mengalahkan rekor pada 2016 yang mencatat 1,29 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri.

Baca Juga: Pemprov Bali Ajak Flobamora Edukasi Warga NTT Biar Tak Bikin Ulah

"Belum pernah kita sedekat ini, meski hanya sementara dengan batas bawah 1,5 derajat Celcius Perjanjian Paris tentang perubahan iklim," kata Sekjen WMO Celeste Saulo dalam keterangannya, pada Rabu 20 Maret 2024.

Rata-rata dalam sehari pada 2023, hampir sepertiga dari lautan global mengalami gelombang panas laut, yang berdampak terhadap ekosistem penting, dan sistem rantai makanan.

Menuju akhir 2023, lebih dari 90 persen lautan mengalami kondisi gelombang panas laut di titik tertentu.

Rata-rata permukaan laut global mencapai rekor tertinggi. Laju kenaikan permukaan air laut dalam sepuluh tahun terakhir atau periode 2014-2023, meningkat lebih dari dua kali lipat sejak dekade pertama pencatatan satelit pada 1993-2022.

Baca Juga: Hukum Menangis Saat Puasa, Apakah Membatalkan? Berikut Penjelasannya!

Konsentrasi tiga gas rumah kaca, yaitu karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida mencapai rekor tertinggi pada 2022.

Dengan data menunjukkan di beberapa lokasi memperlihatkan kenaikan kembali pada tahun 2023.

Level CO2 lebih tinggi 50 persen dibandingkan masa pra-industri, memerangkap panas di dalam atmosfer. Tingkatan CO2 tersebut berarti temperatur akan terus naik dalam beberapa tahun ke depan.

"Perubahan iklim tidak hanya terkait temperatur. Apa yang kita saksikan pada 2023, khususnya dengan pemanasan laut, penyusutan gletser, dan hilangnya laut es Antartika juga menjadi kekhawatiran," katanya.

Baca Juga: Pemerintah Arab Saudi Larang Jamaah Lakukan Umrah Dua Kali Selama Ramadhan

Namun, ada secercah harapan. Secara global pembangkit energi terbarukan terutama yang menggunakan tenaga matahari, angin dan air telah menjadi yang terdepan dalam upaya iklim karena potensinya dalam mengejar capaian target dekarbonisasi.

Pada 2023, penambahan kapasitas energi terbarukan meningkat hampir 50 persen dari tahun 2022. Dengan total 510 gigawatt (GW), angka tertinggi dalam dua dekade terakhir.***

Editor: Pipin L Hakim


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x