Buntut dari Pengambilalihan Kekuasaan oleh Taliban, Afghanistan Minta Pertolongan PBB

- 19 Agustus 2021, 19:35 WIB
Untuk meredakan konflik di Afghanistan, para diplomat beramai-ramai menekan PBB untuk segera turun tangan. / Al Jazeera
Untuk meredakan konflik di Afghanistan, para diplomat beramai-ramai menekan PBB untuk segera turun tangan. / Al Jazeera /

PotensiBadung.com – PBB telah menyelenggarakan sejumlah misi aktif di Afghanistan selama lebih dari tiga puluh tahun.

Akan tetapi, sekarang, di tengah polemik yang meletus di Afghanistan, hanya beberapa kedutaan saja yang beroperasi di Kabul bersama sekutu dari Amerika Serikat yang berjaga di bandara yang menangani operasi pemindahan.

Warga setempat sepakat memohon bantuan kemanusiaan dari PBB agar turun tangan dan mengurai kekacauan di negara tersebut.

Baca Juga: Amerika Serikat Tuai Kritik usai Kekacauan di Bandara Ibukota Afghanistan, Biden: Keputusan Sudah Bulat

Zabia la Mujahid selaku juru bicara Taliban dalam pers konferensi yang diadakan baru-baru ini mengumumkan akan didirikannya pemerintahan baru yang inklusif.

Namun, di saat yang bersamaan, Taliban mengharapkan diterapkannya hukum Islam untuk mengatur segala urusan dalam negeri, seperti dikutip PotensiBadung.com dari kanal YouTube Al Jazeera.

Menanggapi hal ini, para diplomat mengatakan bahwa PBB perlu mengonfirmasi ulang ikrar tersebut.

Baca Juga: Janji Taliban Lindungi Hak-hak Perempuan dan Kebebasan Pers, Mujahid: Kini, Kami Berbeda

Lakhdar Brahimi yang merupakan mediator veteran dan satu-satunya pejabat PBB yang pernah bertatap muka dengan Mullah Omar, pendiri Taliban, menegaskan pentingnya kehadiran PBB di tengah-tengah konflik yang memanas.

“PBB harus ada di sana, tentunya,” terangnya saat diwawancarai untuk siaran khusus Al Jazeera.

“Tidak ada urusan internasional yang bisa dilakukan tanpa PBB. Dan dalam urusan ini, PBB sudah absen terlalu lama,” ujar Brahimi.

Baca Juga: Makin Brutal, KKB Ancam Tembak Mati Pekerja Non Papua Agar Keluar dari Daerah Konflik, TNI-Polri Bereaksi

Menurutnya, ini adalah saat yang tepat untuk sekali lagi membuka jalur diplomasi antara Afghanistan dan Taliban.

Brahimi menyangsikan kevalidan dari niat Taliban soal mendirikan pemerintahan yang inklusif.

“Taliban pemain yang sangat kuat sekarang di lapangan. Jika mereka mau, besok mereka dapat mendeklarasikan pemerintahan baru, dan itu akan berlangsung baik-baik saja selama satu atau dua minggu, satu bulan, satu tahun,” kata Brahimi.

“Tetapi jika tidak didasarkan pada pemerintahan yang benar-benar inklusif, maka sejarah kelam Afghanistan akan berlanjut hingga 50 tahun lagi,” tuturnya mengakhiri sesi tanya jawab.

Baca Juga: PSP Berdema Didirikan, Ini Tujuannya

Al Jazeera juga melaporkan bahwa para diplomat dan bahkan beberapa pihak internal senior PBB mengatakan jika organisasi internasional itu harus menunjukkan lebih banyak urgensi dan ambisi ketika berhadapan dengan Taliban.

Jika kondisi ini tidak ditanggapi dengan serius, beberapa orang mengkhawatirkan tertutupnya pintu diplomasi secara permanen. ***

Editor: Imam Reza W

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah