“PBB harus ada di sana, tentunya,” terangnya saat diwawancarai untuk siaran khusus Al Jazeera.
“Tidak ada urusan internasional yang bisa dilakukan tanpa PBB. Dan dalam urusan ini, PBB sudah absen terlalu lama,” ujar Brahimi.
Menurutnya, ini adalah saat yang tepat untuk sekali lagi membuka jalur diplomasi antara Afghanistan dan Taliban.
Brahimi menyangsikan kevalidan dari niat Taliban soal mendirikan pemerintahan yang inklusif.
“Taliban pemain yang sangat kuat sekarang di lapangan. Jika mereka mau, besok mereka dapat mendeklarasikan pemerintahan baru, dan itu akan berlangsung baik-baik saja selama satu atau dua minggu, satu bulan, satu tahun,” kata Brahimi.
“Tetapi jika tidak didasarkan pada pemerintahan yang benar-benar inklusif, maka sejarah kelam Afghanistan akan berlanjut hingga 50 tahun lagi,” tuturnya mengakhiri sesi tanya jawab.
Baca Juga: PSP Berdema Didirikan, Ini Tujuannya
Al Jazeera juga melaporkan bahwa para diplomat dan bahkan beberapa pihak internal senior PBB mengatakan jika organisasi internasional itu harus menunjukkan lebih banyak urgensi dan ambisi ketika berhadapan dengan Taliban.
Jika kondisi ini tidak ditanggapi dengan serius, beberapa orang mengkhawatirkan tertutupnya pintu diplomasi secara permanen. ***