PotensiBadung.com - Saat ini Juventus tengah diselidiki atas kasus dugaan penggelembungan nilai transfer demi mendapatkan keuntungan.
Penyidik akan memeriksa laporan keuangan Juventus pada tahun 2018, 2019, dan 2020.
Keuangan Juventus yang berantakan itu ditengarai terjadi karena satu alasan, yakni transfer Cristiano Ronaldo dari Real Madrid pada musim panas 2018.
Baca Juga: Pelatih Sebut Fisik Pemain Timnas Indonesia Kedodoran Akibat Tidak Adanya Kompetisi
Saat itu Juventus harus mengeluarkan biaya sebesar 100 juta euro dan membayar gaji Ronaldo sebesar 30 juta euro per tahunnya.
Belum lagi Juventus juga memboyong Matthijs de Ligt dari Ajax Amsterdam dengan banderol sebesar 70 juta euro.
Harapannya kehadiran dua mega bintang tersebut dapat membuat Bianconeri berprestasi di Eropa.
Namun sayang, untung tidak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.
Baca Juga: FIX! Liga 1 Dilanjutkan Pada 5 Desember 2022, Cek Info Selengkapnya di Sini
Juventus bersama Ronaldo malah gagal menjadi juara Liga Champions dan pencapaian terbaiknya hanya perempatfinal.
Ditambah dengan strategi transfer Fabio Paratici sebagai Direktur Sepakbola yang kurang oke, maka keuangan klub menjadi sangat berantakan.
Saat itu Juventus juga memiliki beberapa pemain bergaji tinggi seperti De Ligt, Aaron Ramsey, Adrien Rabiot, Gonzalo Higuain, hingga Miralem Pjanic.
Baca Juga: Portugal dan Korea Selatan Jadi Wakil Grup H yang Lolos Ke Babak 16 Besar
“Agnelli sangat ingin mendatangkan Ronaldo karena akan menaikkan pemasukan klub dan mendekatkan Juventus ke gelar Liga Champions,” tutur mantan Presiden Juventus Giovanni Cobolli Gigli seperti dikutip Football Italia.
“Marotta memilih untuk mundur karena tidak setuju dengan ide tersebut. Pada akhirnya investasi Ronaldo terbukti kemahalan. Fabio Paratici, yang mengupayakan kedatangan Ronaldo pun, juga melakukan investasi yang membuat keuangan klub tidak seimbang dan menimbulkan masalah,” ucap Coboli.
“Bukan kebetulan jika mereka butuh dana segar 700 juta euro. Mereka juga terus membuat kesalahan, seperti merekrut Maurizio Sarri, lalu blunder saat tes warga negara Italia Luis Suarez, dan proyek Liga Super Eropa. Cara berpikir Agnelli seperti berubah total,” ujarnya.
Baca Juga: Komentari Saga Transfer Jude Bellingham, Sven Goran Eriksson: Manchester City OK, Tapi?
“Agnelli selalu punya visi ke depan untuk Juventus, seperti Liga Super, namun dia juga kebanyakan lalai dalam memberikan informasi kepada dewan. Hal tersebut tidak boleh dilakukan oleh klub yang berada di bursa saham,”.***