PotensiBadung.com- Korea Utara adalah negayyang memiliki begitu banyak larangan bagi rakyatnya dari berbagai aspek kehidupan disana.
Negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un itu memang terbilang keras dengan rakyatnya sendiri, tak terkecuali dalam urusan sepak bola.
Bicara tentang sepakbola Korea Utara, dunia sepak bola di sana memang kalah populer dibanding dengan negara tetangganya seperti Korea Selatan.
Kita tahu bahwa timnas Korea Selatan menjadi salah satu tim Asia paling konsisten yang tampil di Piala Dunia.
Untuk Timnas Korea Utara sendiri, mereka baru dua kali tampil diajang bergengsi sejagat tersebut.
Yang pertama terjadi pada ajang Piala Dunia 1966 di Inggris, yang dimana saat itu mereka berhasil mengalahkan raksasa Eropa Italia dengan skor tipis 1-0.
Sedangkan pada kesempatan yang kedua di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Pada gelaran Piala Dunia 10 tahun yang lalu, kita semua mungkin masih ingat tentang perjuangan Timnas Korea Utara di ajang Piala Dunia.
Baca Juga: Bos Persib Bandung Ingin Ubah Stadion GBLA Seperti Eropa, Ada Museum hingga TC, Tiru JIS?
Saat itu Korea Utara tak mampu sekalipun untuk meraih kemenangan, bahkan satu poinpun tidak mereka dapatkan.
Korea Utara yang saat itu bergabung di Grup G, harus menyerah dari Brasil 1-2, kalah telak 0-7 dari Portugal, dan 0-3 dari Pantai Gading.
Kegagalan memalukan tersebut berimbas pada anggota Tim Nasional Korea Utara. Menurut sumber dari Korea Utara Radio Free Asia, Para pemain mendapat hukuman berupa penghinaan didepan umum dalam waktu yang cukup lama.
Baca Juga: Pulih dari Patah Tulang, Victor Igbonefo Bakal Habis-habisan Jaga Tembok Pertahanan Persib Bandung
Bahkan beberapa dari mereka termasuk pelatih Kim Jong Un, dijebloskan untuk Kerja Paksa untuk menebus kesalahannya.
Radio Free Asia melaporkan bahwa Timnas Korea Utara dipanggil dalam pertemuan publik di Pyongyang.
Dimana mereka dikecam didepan umum oleh sejumlah Penjabat tinggi, termasuk Menteri Olahraga selama 6 jam.
"Para pemain kemudian diperintahkan untuk memarahi pelatih mereka," kata laporan itu yang mengutip sejumlah sumber di Korea Utara, termasuk seorang pengusaha China disana yang tidak disebutkan namanya.
Ternyata rumor tersebut sampai ketelinga presiden FIFA saat itu Sepp Blatter. Blatter kemudian mengirim surat kepada Asosiasi sepakbola Korea Utara untuk mengkonfirmasi kabar tersebut.
Dalam jumpa pers di Singapura, Blatter mengatakan bahwa langkah pertama adalah menghubungi federasi sepakbola disana, dan kita lihat apa jawabannya.
Sementara itu Muhammad bin Hamem sebagai Presiden AFC, hanya bisa mengkonfirmasi bahwa bulan sebelumnya ia pernah bertemu dengan beberapa pemain Korea Utara, tetapi tidak berjumpa dengan Kim Jong Un.
Baca Juga: Rekor Gemilang PSM Makassar, Tak Terkalahkan di 11 Laga, Puncaki Klasemen, Kini Borneo FC Mengancam
Baca Juga: Andik Vermansah Mulai Temukan Ketajaman, Bantu Bhayangkara FC Tekuk PSS Sleman
Pada 25 Agustus 2020 FIFA akhirnya menghentikan penyelidikan setelah mendapat surat balasan dari asosiasi sepakbola Korea Utara.
Inti dari surat tersebut adalah kabar mengenai kerja paksa tersebut adalah Hoax. Surat itu menyatakan bahwa Timnas Korea Utara berlatih seperti biasa menjelang Asian games. Dan tidak ada kekerasan seperti yang disebutkan.
Asosiasi sepakbola Korea Utara juga memberikan bukti yang menunjukkan bahwa kalau pemilihan Presiden Asosiasi pada saat itu, dilakukan sesuai dengan aturan FIFA. Dan sama sekali tidak terpengaruh Piala Dunia dimana saat itu baru dimainkan satu pertandingan.
FIFA sendiri menyatakan puas dengan informasi yang dia terima, "Dengan semua informasi yang didapatkan, dan setelah memeriksa semua sumber. FIFA telah memutuskan untuk menutup kasus ini," jelas perwakilan FIFA saat itu.***