PotensiBadung.com - Menurunnya kualitas air akibat alih fungsi lahan dan pencemaran jenis lainnya menuntut upaya penyadaran yang lebih kencang.
Ini dilakukan agar muncul niat tulus dari setiap individu masyarakat untuk merawat alam.
Tak hanya untuk generasi sekarang, melainkan demi kelangsungan hidup bersama di masa-masa yang akan datang.
Upaya membangun kesadaran individu per individu inilah yang digelorakan Yayasan Puri Kauhan Ubud lewat pertunjukkan seni budaya.
Baca Juga: Bukan Piala Presiden 2022, Ini yang Diharapkan Warganet untuk PSSI: Kapan Piala Indonesia?
Baca Juga: Masuk Grup Neraka, Ini Hitung-hitungan Timnas Indonesia U-17 Lolos ke Piala Asia
Dalam rangkaian Sastra Saraswati Sewana yang digelar tiap tahun, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana menyebut pihaknya berusaha mengetuk kesadaran masyarakat mewujudkan Tri Hita Karana lewat media seni dan budaya mulai dari hulu menuju hilir.
Perjuangan ini dirangkum dalam sebuah pentas seni bertajuk Nuwur Kukuwung Ranu bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia Denpasar di Pura Segara Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali, Sabtu Kliwon Wariga (Tumpek Uduh), 14 Mei 2022 malam.
Baca Juga: Ciro Alves Pamit Menuju Persib Bandung, Marc Klok, Ricky Kambuaya Dapat Hadiah dari Robert Alberts
Sebelumnya, Yayasan Puri Kauhan Ubud berkolaborasi dengan Korem 163/Wirasatya, Polres Bangli, Peradah Bangli, KMHDI Bali, Mapala UNHI Denpasar, UHN IGB Sugriwa, STAHN Mpu Kuturan, Universitas Dwijendra, Universitas Mahasaraswati,
Lingkar Studi Batur, Forum Alumni Gitakita, Kasinoman Pura Ulun Danu Batur, KAGAMA Bali, dan komponen masyarakat lain mareresik patirtan bertema “Toya Uriphing Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” yang berarti air pemberi kehidupan, penyembuh peradaban di Danau Batur, Minggu, 8 Mei 2022 di sumber mata air Danau Batur.
Baca Juga: Laga Uji Coba PSIS Semarang vs PSM Makassar: Catat Jadwal, Update Harga dan Cara Membeli Tiket
Yayasan Puri Kauhan Ubud punya alasan mendasar kenapa memilih Danau Batur sebagai lokasi Mareresik Patirtan serangkaian 2022.
Ari Dwipayana mengatakan danau seluas 16 km² yang terletak di kaldera gunung api aktif dalam rangkaian cincin Api Pasifik itu sedang kritis.
Menempuh shortcut penyadaran komunal menjaga Danau Batur, Ari Dwipayana tak memungkiri peran penting seniman dan budayawan bagi masa depan Indonesia, khususnya Bali.
Baca Juga: Gawat, Bintang Baru Liverpool Disebut Bisa Perkuat Timor Leste? Ancaman Serius Negara Asia Tenggara
“Filosofinya nedunin Ida Bhatari Ayu Mas Membah. Suecan Ida memang membah, mengalir. Persepsi ini kami angkat lewat pertunjukkan seni supaya masyarakat memiliki perhatian terhadap danau. Tidak sekadar apresiasi tentang konsep dan filosofi estetika pertunjukannya saja, melainkan napak pertiwi ikut menjaga danau, khususnya Danau Batur,” terangnya.
Mengapa memilih pertunjukkan seni dan budaya?
Ari Dwipayana yang tercatat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kagama Pusat menilai pendekatan yang paling mudah dipahami masyarakat bisa disajikan lewat pertunjukkan seni.
Seni ungkapnya menimbulkan sentuhan rasa dan estetika yang menghadirkan keindahan sekaligus kesadaran untuk menyelamatkan Danau Batur.
“Ada nilai dalam keindahan sekaligus edukasi. Itu cara kami untuk mengampanyekan perjuangan menyelamatkan Danau Batur demi anak cucu kita ke depan. Bukan dengan hard power, melainkan secara soft power sehingga timbul kesadaran dari hati nurani. Orang Bali itu kalau disentuh hatinya maka rasa kesadarannya pasti tumbuh. Kami memilih seni untuk membangun gerakan kesadaran,” tutupnya. ***